bdp lama

Sejarah

Graha Mandiri, atau nama bekennya Plaza Bumi Daya, berlokasi di atas lahan bekas Pusat Perhubungan Angkatan Darat Republik Indonesia, seluas 14.290 meter persegi/1,4 hektar. Gedung menempati podium gedung berlantai 32 tersebut mulai 4 Desember 1982, setelah Plaza Bumi Daya diresmikan Gubernur Bank Indonesia Rachmat Saleh.

Plaza Bumi Daya awalnya dibentuk sebagai bagian dari investasi kerjasama Bank Bumi Daya (BUMN perbankan) dengan Tong Tumasek (Hongkong). Tetapi per 1986 hak pengelolaan dan saham Tong Tumasek di pengelola gedung ini pindah kepemilikan ke Bank Bumi Daya, berikut laporan dari buletin Dapen Bank Mandiri I tahun 2012. Plaza Bumi Daya dilaporkan menghabiskan biaya 35 juta dolar pada tahun 1979, setara Rp 21,7 milyar (nilai tukar Rp. 620/1 USD) atau senilai dengan Rp 788 milyar rupiah nilai tukar 2020.

Graha Mandiri memiliki ketinggian gedung yang menurut majalah Konstruksi edisi Mei 1979 menyebut tinggi Plaza Bumi Daya 132 meter Desain gedung Graha Mandiri menitikberatkan pada etimologi Bank Bumi Daya yang “membangun Indonesia dengan dukungan bumi dan daya”. Simbol “pembangunan Indonesia” diwakili oleh towernya yang menonjol, melambangkan pembangunan Indonesia yang sangat menonjol, dan “bumi dan daya”diwakili oleh podiumnya. Lapis bangunan awalnya menggunakan jendela cokelat dan granit cokelat; lapis gedungnya sudah berubah menjadi tembok putih dan kaca biru sejak pertengahan 1990an. Belakangan, ditambahkan mahkota di pucuk gedung sekitar 2016.

Total luas lantai Graha Mandiri adalah 41.776 meter persegi, terdiri dari 26.325 meter persegi blok podium dan 15.451 meter persegi blok tower. Saat ini, Graha Mandiri menjadi kantor Bank Mandiri dan beberapa anak usahanya. Selain itu, tenant yang tercatat berada di gedung ini adalah State Bank of India Indonesia, Asosiasi Kartu Kredit Indonesia, Kliring Berjangka Indonesia, hingga Jakarta International College.